Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Contoh Naskah Lomba Pidato Bulan Bung Karno

 


Om Swastyastu, Assalamualaikum warhmatullahi wabarakatuh, salam sejahtera untuk kita semua, namo buddhaya.

Merdeka!!!

Saya Ni Luh Astiti, Perwakilan dari STT Yowana Dharma Kanti, Desa Adat Presana. Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat beliaulah sampai detik ini kita senantiasa diberikan kesehatan dan keselamatan.

Saudara-Saudara sekalian, dalam rangka memperingati bulan bung karno, izinkan saya membawakan pidato bung karno pada HUT RI 17 Agustus 1966, Jangan Sekali-sekali Meninggalkan Sejarah.

Saudara-saudara sekalian,

Hari ini adalah tanggal 17 Agustus 1966! Hari ulang tahun ke-21 dari pada Republik kita. Pada hari ini Republik kita genap berusia dua puluh satu tahun, atau lebih dari 1.000 minggu! Kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa la telah menuntun negara dan bangsa kita, hingga kita dengan selamat telah sampai kepada hari yang berbahagia sekarang ini.

Makin kita bertambah dewasa, makin besar, dan makin beratlah tugas-tugas dan tanggungan-tanggungan yang kita pikul di pundak kita. Karena itu, maka pagi-pagi kita harus memperbesar dan memperdalam rasa tanggungjawab kita, baik sebagai manusia maupun sebagai bangsa. Tanggung jawab terhadap siapa? Sudah tentu tanggung jawab terhadap bangsa kita sendiri. Tetapi juga tanggungjawab terhadap kemanusiaan. Dan tanggung jawab terhadap Allah Robbul-alamin. Maka justru karena tanggungjawab itulah kita harus bekerja terus dan berjuang terus. Berjuang terus, kalau perlu mati-matian, ya berjuang terus -ever coward, never retreat.

Pada tiap-tiap 17 Agustus saya kembali berhadapan muka dengan Saudara-saudara yang berada di Jakarta ini. Dan melalui corong radio saya juga berhadapan suara dengan sekalian Saudara di seluruh tanah air dan di luar tanah air. Lebih daripada itu, Saya juga berhadapan semangat dengan Saudara-saudara, terlebih-lebih dengan Saudara-saudara yang benar-benar revolusioner, de echte revolutionnairen, yang benar-benar progresif revolusioner dan bukan retrogresif revolusioner. Dan karena berhadapan semangat, maka kita mencapai perasatuan semangat, persatuan batin, persatuan rasa, persatuan kesadaran, persatuan tekad. Untuk apa? Untuk mengabdi kepada kamerdekaan, untuk mengabdi kepada tanah air, bangsa dan negara! Untuk mengabdi dan menjadi pejuangnya revolusi. Untuk menyelesaikan revolusi kita, ya, revolusi kita, sekali lagi revolusi kita yang belum selesai ini.

Teristimewa pada hari ini, pada saat Republik Indonesia telah meninggalkan tahun 1965 dan menjalani tahun 1966 yang telah menggemparkan kita dan menggemparkan seluruh dunia itu dan terutama sekali lagi tahun 1966 ini, yang oleh orang dalam negeri malahan dinamakan "Tahun Gawat". Dan pada hari ini, mata dan telinga mereka pun mengincer kepada saya, kepada saya. Pikir mereka itu, bagaimana Republik Indonesia sekarang sesudah dapat hantaman dan gempuran bertubi-tuln itu? Bagaimana Soekarno yang telah mendapatkan sodokan bertubi-tubs itu pula? Ya, bagi kita terus terang saja, duapuluh satu tahun ini adalah duapuluh satu tahun yang penuh penderitaan dan pengorbanan, duapuluh satu tahun pergulatan dan adu tenaga, duapuluh satu tahun yang penuh pengalaman, pengalaman yang kadang-kadang hitam dan pahit, tetapi kadang-kadang juga pengalaman yang cemerlang laksana matahari di pagi hari.

Duapuluh satu tahun penggemblengan diri, duapuluh satu tahun penempaan rasa harga diri dan percaya kepada diri sendiri, duapuluh satu tahun pembajaan rasa kepada kemampuan dan kepribadian bangsa sendiri. Pendek kata, duapuluh satu tahun pembangunan bangsa dalam badai topannya ketidak dewasaan dalam negeri dan badai topannya reaksi dari luar negeri. Sudah barang tentu, sudah barang tentu, dus reaksi kini makin-makin meneropong kita, makin 'memperhatikan' kita (memperhatikan dalam arti jahat)! Surat Perintah 11 Maret itu mula-mula, dan memang sejurus waktu, membuat mereka bertampik sorak-sorai kesenangan. Dikiranya Surat Perintah 11 Maret adalah satu penyerahan pemerintahan! Dikiranya Surat Perintah 11 Maret itu satu transfer of authority. Padahal tidak!

Surat Perintah 11 Maret adalah satu perintah pengamanan. Perintah pengamanan jalannya pemerintahan, pengamanan jalannya pemerintahan, demikian kataku pada waktu melantik Kabinet. Kecuali itu juga perintah pengamanan keselamatan pribadi Presiden. Perintah pengamanan wibawa Presiden. Perintah pengamanan ajaran Presiden. Perintah pengamanan beberapa hal. Jenderal Soeharto telah mengerjakan perintah itu dengan baik. Dan saya mengucap terima kasih kepada Jenderal Soeharto akan hal itu. Perintah pengamanan, bukan penyerahan pemerintahan! Bukan transfer of authority! Mereka, musuh, sekarang kecele sama sekali.

Di situ saya jelaskan bahwa PBB sekarang ini adalah sarang daripada negara-negara besar, didominasi oleh negara-negara imperialis. Sesungguhnya, perjuangan perombakan PBB adalah satu bagian daripada perjuangan antiimperialis. Nah, Saudara-saudara, demikianlah beberapa ungkapan introspeksi dan mawas diri daripada tahun-tahun yang telah lampau. Panjang, ya 21 tahun ini penuh dengan pengalaman-pengalaman pahit dan manis, penuh dengan pengalaman-pengalaman plus dan minus. Kewajiban kita ialah mengoreksi minus-minusnya, menyempurna-kan plus-plusnya, sebagai bekal untuk perjalanan kita seterusnya, yang masih jauh dan niscaya masih berat itu. Men leert historie om wijs worden van tevoren, ini dari seorang pujangga, pelajarilah sejarah untuk tidak tergelincir di hari depan, demikianlah Thomas Carlyle, begitu namanya ahli falsafah ini pernah berkata. Kepadamu saya berkata, pelajarilah sejarah perjuanganmu sendiri yang sudah lampau, agar supaya tidak tergelincir dalam perjuanganmu yang akan datang. Itulah intisari daripada peringatanku tadi, Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah,

never leave history!

Jangan sekali-kali meninggalkan sejarahmu sendiri

never, never leave your own history.

Telah kembali, petani kembali. Kenapa kita di masa lampau jaya? Kenapa kita di masa lampau menderita tamparan-tamparan, menderita setbacks?

Jaya,karena kita kompak bersatu antara seluruh bangsa dan antara semua golongan revolusioner!

Jaya, karena semua kompak mengemban Panca Azimat Revolusi

Jaya, karena semua kompak mengemban Pancasila.

Jaya, karena semua kompak mengemban Nasakom, atau Nasasos, atau Nasaapapun

Jaya, karena semua kompak mengemban Manipol-USDEK

Jaya, karena semua kompak mengemban Trisakti.

Jaya, karena semua kompak mengemban Berdikari total! Dan menderita tamparan, Menderita setbacks, pada waktu kita terpecah belah dan tidak samenbundelen semua.

revolutionnaire krachten in onze nation!

Inilah sejarah perjuanganmu, inilah sejarah history-mu. Pegang teguh kepada sejarahmu

never leave your own history!

Peganglah apa yang telah kita miliki sekarang, yang adalah akumulasi daripada hasil semua perjuangan kita di masalampau, kataku tadi. Dan kataku tadi, jikalau engkau meninggalkan sejarah, engkau akan berdiri di atas vaccum,

Engkau akan berdiri di atas kekosongan, dan perjuanganmu nanti akan paling-paling bersifat amuk saja, seperti kera di gelap gulita. Ada orang-orang yang tidak mau mengambil pengajaran dari sejarah, bahkan mau melepaskan kita dari sejarah itu. Itu tidak bisa. Mereka akan gagal! Sebab, melepaskan suatu rakyat atau bangsa dari sejarahnya adalah tidak mungkin.

National biologis. tidak mungkin,

nationaal phychologis.

tidak mungkin. Dan tidak mungkin pula karena engkau, hai rakyat, hai prajurit-prajurit dari semua angkatan bersenjata, hai pejuang-pejuang progresif revolusioner, engkau tidak mau dipisahkan dari sejarahmu. Sejarahmu sendiri, sejarah perjuanganmu sendiri. Tanpa tedeng aling-aling, inilah ajaran Pemimpin Besar Revolusi (istilah KetetapanMPRS), ajaran Bung Karno, ajaran Bung Karnomu, hai rakyat jelata, hai prajurit-prajurit arek-arekku yang memanggul bedil, hai semua pejuang progresif revolusioner, hai semua Laskar Revolusi Indonesia yang benar-benar bertekad mati-matian untuk berjuang membawa Revolusi Indonesia kepada Matahari Kemenangan yang abadi menyinari Indonesia dan seluruh jagad kemanusiaan.

Aku Pemimpin Besarmu, demikianlah kata MPRS, aku pemimpinmu, ikutilah pimpinanku ini, ikutilah semua petunjuk-petunjukku. Aku tidak punya pengongso-ongso, aku tidak punya keinginan keuntungan pribadi, aku tidak mengejar self interest.

Aku hanya ingin memimpin engkau, aku hanya ingin memimpin engkau, antara lain karena juga ditugaskan MPRS, aku hanya menunjukkan jalan kepada engkau, selalu dengan engkau, tidak pernah tanpa engkau. Dengan engkau aku berdiri, tanpa engkau aku bukan apa-apa. Dengan engkau aku jaya, tanpa engkau aku gagal. Jangan ragu-ragu, jangan bimbang! Marilah berjalan terus melanjutkan revolusi, diatas jalan yang aku tunjuk! Ya Allah ya Robi, ridoilah Revolusi Indonesia di bawah pimpinanku ini!

 

Demikinlah pidato yang dapat saya sampikan pada kesempatan ini, mohon maaf jika ada kata yang kurang berkenan. Saya akhiri pidato ini dengan Om Shanti Shanti Shanti Om, Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh , salam sejahtera untuk kita semua , namo buddhaya.

Posting Komentar untuk "Contoh Naskah Lomba Pidato Bulan Bung Karno"